Skip to main content

Tidak Sebercanda Itu

Saya mungkin termasuk orang yang cukup periang dan bisa dibilang juga mampu membawa dampak positif bagi orang-orang disekitar saya. (Terlalu pede? Biar saja, setidaknya saya meyakini itu sebagai kelebihan dari diri saya)

Terkadang, dengan berbagai banyolan dan lelucon yang saya lontarkan, bisa membuat sekitar saya mengeluarkan sedikit senyuman bahkan tawa senang.

Merupakan kebahagiaan tersendiri melihat banyak senyum terpancar dari wajah-wajah orang yang saya taruh simpati. Kadang saya juga bisa membuat hari buruk seseorang menjadi hari baik baginya.

Tapi, bagaimanapun juga saya bisa membuat orang berbahagia, saya pun juga manusia. Saya punya sentimentil tersendiri yang tidak bisa digeneralisasikan dengan banyak orang.

Bercanda ada batas, untuk menjaga perasaan yang tersembunyi. Kala beberapa orang menganggap remeh pengetahuan saya ketika hanya "kekonyolan" yang saya tampilkan, memanggil saya dengan suatu sebutan yang menurut saya itu adalah bagian dari ekspresi hati, bahkan menyebut saya lemah karena tak dapat melakukan berbagai aktivitas, yang mana saya tahu kadar fisik saya sendiri.

Perasaan-perasaan yang tidak sesuai dengan diri dan membuat saya tidak nyaman, dengan gampangnya mereka melontarkan kata-kata "Baper". Kalian tidak pernah tahu isi hati saya dan orang lain. Menurut kalian mungkin ini bisa dijadikan tawa renyah, tapi mungkin bagi saya kalian menyentuh hati saya yang terlemah.

Saya tidak marah, apalagi "Baper" yang sering kalian sebut, tidak ada hak bagi saya seorang badut kalian.

Saya hanya bercerita, karena saya tidak sebercanda itu.

Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta. Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm. Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak. Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini. 1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.     Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera men...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.