Skip to main content

HARUSKAH?

Haruskah saya menjabarkan nasib saya hari ini? Haha, mungkin seharusnya memang saya ceritakan kisah pilu ini.

Ketika saya dihadapkan terhadap dua pilihan yang sulit untuk diputuskan. Kekasih dan Sahabat. Pikiran awam saya mengatakan bahwa keduanya ini dapat berjalan beriringan. Namun pada kenyatannya, entah, mungkin ini kenyataan yang saya hadapi, saya harus memilih salah satu dari dua orang terbaik saya. 1 kekasih yang begitu luar biasa memiliki kesabaran menghadapi saya, yang bahkan dirinya pun menyebut saya "aneh". Suka-duka juga saya dan kekasih telah lewati, saya tidak pernah menganggap sebuah "materi" itu penting. Tidak dipungkiri kebutuhan manusia saat ini dinilai dengan uang, namun saya tidak mempermasalahkan hal ini ketika saya harus membagi makanan saya dengannya atau berbagi rokok ketika keduanya tidak mempunyai uang. Menurut saya itu seni, seni dari sebuah perjalanan saling mencintai. 

Namun masih ada sisa luka di hati, ketika amarah yang ia luapkan pada saya, masih terasa euforia sedih, namun jika diingat mungkin ini memang salah saya. Memang seharusnya saya selalu menyalahkan diri saya sendiri atas kemarahannya. Namun, haruskah saya mendapatkan teguran tangan? Saya tahu saya salah, merupakan kesalahan fatal yang sering kali terulang. Namun, benak hati ini selalu bertanya, apakah ini wajar? Apa seharusnya ada tindakan lain selain amarah bibir? Entah. Mungkin saya baru sadar kalau sudah kena teguran tangan :p hehe. 

Mencoba tegar itu sulit, maka dari itu saya butuh seorang sahabat yang ada di setiap saya merasa senang, sedih, punya uang dan tidak punya uang. Hahaha (saya dan sahabat selalu memiliki timing "kaya" yang berbeda). Saya sudah menjalin persahabatan ini sejak kami duduk di bangku SMP. Dari sekian banyak murid, hanya 1 yang bertahan dan tidak gugur hingga saat ini. Masa sulit jangan ditanya lagi berapa banyak detik yang sudah kami lewati bersama. Apalagi masa bahagianya. Kami sering membincangkan hal yang tak penting, namun kami selalu usahakan bertemu hanya untuk bertatap muka dan menikmati sebatang rokok, mungkin ditemani kopi. Terkadang, kami hanya duduk berseberangan dan sibuk dengan gadget masing-masing, namun kami tidak bosan asal di depan kami masih terpampang wajah masing-masing.

Seru jika diingat. Terlalu banyak memori dengan sahabat saya yang satu itu. Saya tidak pernah mau melepaskannya. Saya selalu memintanya bertahan walaupun saya harus meninggalkan ia sementara. Ia menyanggupi. Betapa indah bukan? Saya selalu bersyukur bisa membagi cerita penting-tidak penting kepadanya. Saya bersyukur bisa apa adanya dengan Sahabat saya. Sahabat, jangan pernah lupakan usaha yang kita perjuangan hingga saat ini. Ini rintangan yang harus saya dan kamu lewati. Jangan hilang arah dan melupakan memori dari tahun ke tahun. Bersabarlah Sahabat. 


Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta. Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm. Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak. Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini. 1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.     Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera men...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.