Skip to main content

Sebentar Lagi

Sebentar lagi masa itu akan tiba.

Masa dimana akhirnya saya dan kamu benar-benar dipersatukan oleh apa yang berdua kita cintai, satu sosok yang bersama kita imani.

Masa itu bukanlah akhir dari perjalanan bahagia, yakinlah jalan itu masih panjang dan saya berharap ketika kita diperhadapkan dengan berbagai tantangan, saling setia menjadi kunci utamanya. Meninggalkan bukan solusi, ingatlah ketika kita dapat berhasil melewati masa itu, akan ada ujung bahagia disana.

Jujur, tidak terasa hampir 2 bulan lagi saya akan berganti status menjadi pasangan hidup seseorang yang sah, saya tidak menyangka bahwa waktu akan secepat ini berjalan dan tidak kenal henti untuk istirahat sejenak. Pikiran yang kalang kabut semakin datang seiring dengan mendekatnya hari pernikahan ini. Proses ini berat, saya dan pasangan berusaha hingga titik akhir keringat yang tak terhitung jumlahnya, tapi rasanya tak pernah kunjung usai. Lelah, saya yakini bahwa pasangan saya saat ini merasakan hal itu, pikiran entah berlari kemana. Saya pun demikian, terlihat baik-baik saja tetapi dalam lubuk hati terdalam saya pun merasakan lelah dan cemas pasangan saya.

Tapi yakinlah, ketika saya dan pasangan saya memiliki niat baik untuk membangun suatu keluarga baru, akan ada pintu terbuka dari mana pun yang tidak akan pernah terbayangkan. Jadikanlah proses yang kita jalani sebagai pembelajaran di kemudian hari, dan yang utama dari yang terutama adalah menjadikan segala hal menuju proses pernikahan sebagai tumpuan kesetiaan. Bagaimana saya dan pasangan saya berjuang hingga akhirnya masa itu tiba, dan memulai hari baru sebagai satu kesatuan. Ingat bagaimana kita berdua saling meneteskan air mata atau keluh kesah ini untuk menjadikan tiang keluarga yang kokoh dan tak tergoyahkan.

Berjuanglah dengan saling mencintai, saling menguatkan, dan saling membantu. Sebentar lagi, usaha saya dan kamu akan datang, dan ketika itu sudah terlewati, mari berjuang untuk hari-hari berikutnya, tahun-tahun berikutnya, hingga yang kita tatap adalah rambut yang memutih dan kulit yang sudah mengkerut.

Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta. Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm. Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak. Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini. 1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.     Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera men...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.