Skip to main content

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta.

Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm.

Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak.

Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini.

1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.
    Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera menghampiri atau menyusul kita.

2. Posting atau Upload Foto bersama pasangan.
    Terkadang saya memang sering posting atau upload foto bersama pasangan saya, bahkan tidak jarang juga saya mengabadikan kegiatan bersama di Instagram Story, lalu apa salahnya? Saya hanya membagikan kebahagiaan saya kepada orang lain, dan sebenarnya tidak ada kewajiban kalian untuk menyukai atau melihatnya. Jadi lucu saja jika hal ini juga termasuk dalam ke-Bucin-an.

3. Membantu pasangan.
    Mungkin hal ini tidak menyerang saya langsung, tapi pada beberapa kesempatan, orang menganggap "membantu pasangan" juga dikategorikan menjadi Bucin. Disini, guna nya memiliki pasangan pada dasarnya adalah saling membantu, lalu dimana letak kesalahan nya ya? Hal-hal sepele yang terkadang diremehkan, tapi nyatanya memiliki arti yang besar ketika kita mampu membantu pasangan kita walaupun hal itu sederhana.

4. Selalu ingin berdua atau ingin berdekatan.
    Kalau ini tidak bisa dijadikan alasan mutlak menjadi "Bucin" karena mungkin disini saya sendiri yang selalu ingin berdekatan dengan pasangan saya. Entah mengapa saya selalu merasa bahagia dan aman kalau berada didekat pasangan. Jangan-jangan saya memang bucin? :(

Diantara semua alasan, menurut saya hal-hal yang membuat pasangan satu sama lain bahagia itu tidaklah "Bucin". Pasangan ini jelas melakukan "ke-bucin-an" ini secara ikhlas dan tidak merugikan siapapun.

Jadi, membahagiakan pasangan bukanlah Bucin 'kan?

Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.