Skip to main content

Waktu (2)

Berbicara tentang waktu, ah... Waktu itu punya keajaibannya sendiri. Saya sering menganggap remeh waktu, karena rutinitas yang setiap harinya terjadi secara monoton, saya berpikir bahwa waktu yang saya lalui hanya itu-itu saja. Membayangkan waktu yang saya jalani terkadang terasa kosong, tidak ada suatu hal yang membuat menjadi istimewa.

Tapi, siapa disangka dengan waktu akhirnya saya menemukan tambatan hati, yang kini dalam waktu dekat akan menjadi pasangan hidup selamanya. 

Waktu itu, sebelum semua nya terjadi, saya menggumam dalam hati, 

"Mana mungkin cowok kayak gitu mau sama gue?" dengan tatapan mata yang menjurus lurus tepat ke arah perempuannya saat itu. Saya hanya bisa terkekeh sinis lalu memalingkan muka. 

Lalu, waktu mulai menunjukkan keajaibannya. Hari demi hari, muncul kejadian-kejadian yang tidak pernah saya pikirkan. Saya diperkenankan untuk mengenalnya, dan akhirnya menjadi dekat.

Waktu menjawab semua keraguan saya dengan cuma-cuma, segampang membalikan telapak tangan. Awalnya, waktu memberi saya ujian dan cobaan ketika perempuannya saat itu tidak bisa merelakan kekasih saya untuk meninggalkannya. Saya sempat merasa kecewa dan marah pada waktu, mengapa ia tidak menyembuhkan hati perempuan itu secepat mungkin? Saya hanya berharap bahwa kala itu, waktu dapat memulihkan rasa sakit dan ketidak ikhlas-an pada perempuannya. 

Hal yang sama juga terjadi pada laki-laki saya saat itu, ia tidak mau melepaskan saya untuk menjadi lebih berbahagia. Ia egois. Ia hanya ingin semua doa-doa dan keinginannya terpenuhi dengan segala cara yang ia lakukan untuk tetap memaksa saya berada di sisinya. Lagi, saya marah dengan waktu mengapa tidak segera menyelesaikan permasalahan ini?

Namun, waktu mengajarkan saya untuk bersabar, bahwa pada akhirnya segala sesuatu yang saya alami akan ada ujungnya. Hari demi hari, minggu demi minggu, saya dan kekasih saya berjuang bersama untuk menyelesaikan masalah yang kami hadapi. Waktu mempererat hubungan kami berdua untuk tetap bersama apapun yang akan terjadi, hingga akhirnya kami bisa bersama dengan ketenangan. 

Untuk semua peristiwa dalam hidup saya, yang begitu banyak memori dan kenangan serta masa depan, saya hanya ingin berterima kasih pada Waktu.

Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta. Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm. Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak. Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini. 1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.     Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera men...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.