Skip to main content

Resiko Pacar Ganteng

Punya pasangan ganteng dan rupawan? Sebenarnya mungkin ini bukanlah suatu resiko. Namun bagi saya ini takdir. Mengapa? 

Bagi kalian yang mengetahui saya sejak lama, saya merupakan orang yang tidak percaya diri. Mungkin dengan membaca cerita saya sebelumnya, kalian akan paham betapa rasa tidak percaya diri saya ini membuat saya dan sekeliling saya mengalami kesulitan. Rasa tidak percaya ini semakin bertambah kuat ketika saya mendapatkan pasangan yang bisa dibilang rupawan atau biasa disebut "ganteng".

Menjawab pertanyaan diatas, mengapa memiliki pasangan rupawan bisa menimbulkan sebuah resiko? Sebagai orang yang minder, akan ada rasa ketakutan yang luar biasa di dalam diri saya. Ketakutan seperti apa? Kehilangan. 

Kehilangan yang membuat saya takut, lalu keterkaitan nya apa? Ini jawaban dari saya, yang insecure, pasangan yang rupawan merupakan hal yang positif dan saya sangat bersyukur bisa mendapatkan sosok yang merupakan idaman setiap wanita, dan tidak ada satu mata wanita pun yang tidak melirik atau melihat laki-laki saya. Ada kebanggaan tersendiri bagi diri saya yang biasa saja, saya bergembira dalam hati saya, saya merasa memenangkan hadiah dari Tuhan yang luar biasa. 

Namun, ketika kebanggaan dan kegembiraan bisa tersaingi oleh rasa ketidakpercayaan diri saya yang menjadi masalah. Saya merasa kalah dengan para wanita diluar sana yang mengaggumi laki-laki saya. Ketakutan ini seharusnya tidak pernah muncul, saya percaya laki-laki saya adalah orang yang setia, tapi rasa takut tergantikan itulah yang terkadang menyiksa saya. Takut tersaingi mungkin. Saya sungguh berjuang untuk menghilangkan perasaan ini, saya tidak mau laki-laki saya merasa lelah menghadapi perilaku dan pikiran yang seharusnya tidak pernah saya pikirkan. 


Hal positif yang bisa saya ambil dari kejadian ini adalah, saya yang memenangkan hati laki-laki ini, saya pemenangnya. Laki-laki rupawan ini saya yang memiliki. Resiko ini akan saya hadapi, karena bagaimana pun keadaan diluar sana, saya adalah rumah baginya.

Comments

Popular posts from this blog

Di Depan

Ada apa sih di depan? Ya, ada masa depan saya. Memang belum terlihat, dan memang tidak akan mungkin saya bisa melihat masa depan. Namun yang saya yakini pasti adalah, apa yang saya kerjakan saat ini dan saya alami saat ini sudah menunjukan kira-kira masa depan saya seperti apa. Dalam umur saya yang masih menginjak di angka 21, belum banyak prestasi yang saya dapatkan. Saya sempat merasa minder karena saya belum bisa meraih prestasi-prestasi yang mungkin orang lain sudah dapatkan. Kebodohan saya waktu itu adalah saya selalu membandingkan diri saya terhadap orang lain, dimana orang lain tersebut adalah orang yang pernah menjadi bagian dari diri pasangan saya. Saya merasa dirinya lebih hebat dan lain sebagainya karena telah banyak mendapatkan penghargaan, serta terlihat berwawasan luas. Ia telah menyelesaikan S2 nya dan memiliki pikiran dewasa, sempat saya berpikir pasangan saya lebih cocok dengannya, karena faktor umur mereka yang tidak terlalu jauh, serta kecocokan dari cara berpikirn...

Bucin

Apa sih Bucin? Kata ini kerap terdengar dikalangan masyarakat sekarang, dan terkadang saya juga dijuluki "Bucin" ini. Kepanjangan dari kata ini tidak lain adalah Budak Cinta. Lalu, mengapa banyak orang mengatakan hal ini kepada pasangan-pasangan yang sedang jatuh cinta sedemikian rupa? Hmm. Kata orang Bucin itu adalah orang yang apa-apa selalu memberi prioritas utama pada pasangannya. Pertanyaannya, ada yang salah dengan menjadikan tambatan hatinya sebagai prioritas? Bagi saya tidak. Tingkah laku seperti apa yang bisa membuat seseorang dikatakan "Bucin" ? Dari pengalaman saya, saya akan coba tuliskan disini. 1. Mengabari pasangan saya kapanpun dan dimanapun.     Aneh menurut saya hal ini dikatakan sebagai "Bucin" things. Padahal tujuan dari mengabari pasangan adalah agar pasangan kita tidak merasa khawatir dan dapat memantau keberadaan kita, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang darurat pasangan kita akan tahu keberadaan kita  dan bisa segera men...

Telinga Yang Tak Pernah Lelah Mendengar

Ketika lidahku tidak bisa ku redam, keluhku, resahku, khawatirku, ada telinga yang siap mendengar setiap saat. Aku tahu, ada kalanya telinga itu lelah mendengar, lelah menangkap kata-kata ku, lelah berpaku pada keluhku. Terkadang aku hanya mau ditenangkan dan dipeluk, tapi aku sadar sabar mu ada batasnya, nasihatmu ada titiknya yang mengharuskan ku menata hatiku sendiri bagaimana aku bisa mengolah perasaanku. Selain telinga mu, aku juga punya tempat mengadu dan berkeluh yang lebih besar kuasanya. Aku punya Tuhan. Walaupun terkadang, aku sebagai manusia yang seperti tidak tahu diri, hanya mengeluh, berkeluh dan berpeluh, tapi dibalik itu, aku selalu berusaha menyematkan syukurku, terimakasihku, dan sukacita ku.  Memang, hanya keluhku yang aku lihatkan, namun sebenarnya dalam hatiku yang terdalam aku selalu berusaha mengucap syukur dan bahagiaku. Tolong, jangan pernah lelah mendengarku, walau aku tahu semua itu ada batasnya.