Rindu ini menyiksa.
Jarak yang memisahkan hati, antara hatiku dan hatimu, jujur aku tak akan pernah sanggup.
Rindu ini selalu melintas, dibenak, dipikiran, dimalamku.
Malam akan selalu terasa sepi tanpa adanya raga dan hatimu disini, tepat disampingku. Pagi tak akan pernah sama rasanya tanpa adanya senyuman dan semangatmu. Siang tak akan pernah teduh tanpa adanya sapa dari mu, dan sore tak akan pernah sebegitu menyenangkan ketika bukan hadirmu yang menjemputku.
Diri ini paham, bahwa jarak yang memisahkan ini adalah sementara. Sementara yang terasa selamanya.
Sementara yang terasa menyedihkan.
Bahkan aku mendengarkan lagu kesukaanmu yang menjengkelkan, hanya sekedar untuk melepas rindu mengingat bagaimana cara kamu menyanyikan lagu itu untukku.
Seharusnya, tidak perlu ada air mata yang ku teteskan untuk jarak ini. Aku disini, seharusnya mendukungmu dengan kebiasaan-kebiasaan konyolku, bercanda denganmu dan melakukan hal-hal yang selalu membuatmu tersenyum. Tapi apa yang aku lakukan hari ini adalah semua kebalikan yang selama ini aku selalu lakukan. Bila dirimu sadar, hari ini aku berubah. Aku menjadi pendiam dan pasrah. Aku tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat mu terhibur. Aku menjadi biasa..
Bukan karena aku berubah, tapi aku tidak sanggup mengeluarkan diriku yang kamu kenal ketika dirimu bahkan tidak disini. Dalam hati ku terdalam, aku ingin kembali ceria, tapi aku terlalu sedih hingga yang keluar hanya air mata di pipi. Lemah sekali ya?
Jujur, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ketika aku mencintai seseorang, dan seseorang ini adalah orang yang paling berharga dihidupku, aku tidak sanggup kehilangan. Bahkan sedetikpun. Terkesan egois memang, namun memang begini kenyataannya. Aku tidak serta merta menjadi seseorang yang lemah akan jarak. Aku punya alasan. Alasan itu adalah aku tidak mau lagi kehilangan laki-laki yang paling berharga dalam hidup saya setelah Papa dan sosok Abang.
Untuk kamu, maafkan keegoisanku, maafkan rasa rindu yang berlebihan ini untuk mu. Aku harap kamu mengerti bahwa hati ini merindukan hatimu.
Jarak yang memisahkan hati, antara hatiku dan hatimu, jujur aku tak akan pernah sanggup.
Rindu ini selalu melintas, dibenak, dipikiran, dimalamku.
Malam akan selalu terasa sepi tanpa adanya raga dan hatimu disini, tepat disampingku. Pagi tak akan pernah sama rasanya tanpa adanya senyuman dan semangatmu. Siang tak akan pernah teduh tanpa adanya sapa dari mu, dan sore tak akan pernah sebegitu menyenangkan ketika bukan hadirmu yang menjemputku.
Diri ini paham, bahwa jarak yang memisahkan ini adalah sementara. Sementara yang terasa selamanya.
Sementara yang terasa menyedihkan.
Bahkan aku mendengarkan lagu kesukaanmu yang menjengkelkan, hanya sekedar untuk melepas rindu mengingat bagaimana cara kamu menyanyikan lagu itu untukku.
Seharusnya, tidak perlu ada air mata yang ku teteskan untuk jarak ini. Aku disini, seharusnya mendukungmu dengan kebiasaan-kebiasaan konyolku, bercanda denganmu dan melakukan hal-hal yang selalu membuatmu tersenyum. Tapi apa yang aku lakukan hari ini adalah semua kebalikan yang selama ini aku selalu lakukan. Bila dirimu sadar, hari ini aku berubah. Aku menjadi pendiam dan pasrah. Aku tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat mu terhibur. Aku menjadi biasa..
Bukan karena aku berubah, tapi aku tidak sanggup mengeluarkan diriku yang kamu kenal ketika dirimu bahkan tidak disini. Dalam hati ku terdalam, aku ingin kembali ceria, tapi aku terlalu sedih hingga yang keluar hanya air mata di pipi. Lemah sekali ya?
Jujur, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ketika aku mencintai seseorang, dan seseorang ini adalah orang yang paling berharga dihidupku, aku tidak sanggup kehilangan. Bahkan sedetikpun. Terkesan egois memang, namun memang begini kenyataannya. Aku tidak serta merta menjadi seseorang yang lemah akan jarak. Aku punya alasan. Alasan itu adalah aku tidak mau lagi kehilangan laki-laki yang paling berharga dalam hidup saya setelah Papa dan sosok Abang.
Untuk kamu, maafkan keegoisanku, maafkan rasa rindu yang berlebihan ini untuk mu. Aku harap kamu mengerti bahwa hati ini merindukan hatimu.
Comments
Post a Comment