Mungkin hari ini saya akan menuangkan cerita lebih sedikit dari sebelumnya, selain faktor belum makan dari kemarin, hari ini saya juga sedang merasa kurang bahagia.
Pecah, tangis saya pecah pagi ini. Kesalahan yang selalu ada di pihak saya membuat saya harus bersedih lagi dan lagi. Kesalahan saya lagi yang akhirnya menyulitkan saya. Saya sering bertanya pada diri sendiri, sebenarnya saya itu bodoh atau apa? Mengapa semua kesalahan selalu dimulai dari saya? Mengapa semua hal yang berkaitan dengan sakit-menyakiti selalu ada dari saya? Sumpah mati, saya tidak pernah mau menjadi bodoh dan lalai seperti ini. Tapi saya juga manusia, yang sering melupakan sesuatu dan tidak bisa menjadi sempurna untuk terlihat baik. Saya lalai, saya membuat kesalahan, saya juga punya perasaan.
Yang seharusnya tersakiti memang pihak seberang, tapi apakah pagi hari saya harus hancur dengan amarahnya? Tidak, saya tidak boleh menyalahkan siapapun kecuali diri saya sendiri. Ia marah karena saya, pagi saya hancur pun juga karena saya. Menjaga hatinya selalu saya lakukan dan usahakan, saya tidak pernah membahas apapun tentang masa lalu saya, menceritakannya pun bisa dihitung jari. Namun ternyata, permasalahan muncul nya memang dari saya lagi. Intinya, memang saya tidak pernah menceritakan masa lalu saya secara lisan, tapi saya lupa untuk menghapus beberapa foto yang berkaitan dengan mantan saya di akun Instagram. Pembelaan saya juga sia-sia. Lebih seperti orang bodoh yang salah tapi masih mau dibenarkan. Bukan membenarkan diri saya sendiri, namun lebih kepada membela agar hari ini baik-baik saja. Saya selalu merasa menjadi pecundang setiap harinya ketika harus ada perdebatan yang asal muasalnya kesalahan saya.
Jujur, saya memang anak yang masa bodoh terhadap apapun, menurut saya foto-foto tersebut sudah menjadi bagian masa lalu yang sudah tertimbun dengan berbagai foto terbaru yang menceritakan kebahagiaan saya yang baru. Tapi, lagi dan lagi, sikap saya yang masa bodoh itu harus jadi sumber permasalahan saya pagi ini. Entah, mungkin ini bisa dikategorikan saya egois? Iya, jadi saya berpikir segala yang ada dalam diri saya adalah hal negatif. Tidak satupun positif. Saya bukan lah tipikal orang yang sulit melupakan mantan apalagi menangisinya. Bukan saya. Kebahagiaan yang luar biasa saya rasakan membuat saya jadi lupa saya pernah punya masa lalu yang harus dihapus. Tapi pembelaan ini terlalu cemen. Tidak bisa mengalahkan argumen seseorang yang patah hatinya. Cerita ini memang agak random dan tidak terstruktur seperti biasanya, karena ya mungkin otak saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain menyalahkan diri sendiri.
Akhirnya, saya bisa lega sedikit karena sudah menceritakan masalah saya disini.
Pecah, tangis saya pecah pagi ini. Kesalahan yang selalu ada di pihak saya membuat saya harus bersedih lagi dan lagi. Kesalahan saya lagi yang akhirnya menyulitkan saya. Saya sering bertanya pada diri sendiri, sebenarnya saya itu bodoh atau apa? Mengapa semua kesalahan selalu dimulai dari saya? Mengapa semua hal yang berkaitan dengan sakit-menyakiti selalu ada dari saya? Sumpah mati, saya tidak pernah mau menjadi bodoh dan lalai seperti ini. Tapi saya juga manusia, yang sering melupakan sesuatu dan tidak bisa menjadi sempurna untuk terlihat baik. Saya lalai, saya membuat kesalahan, saya juga punya perasaan.
Yang seharusnya tersakiti memang pihak seberang, tapi apakah pagi hari saya harus hancur dengan amarahnya? Tidak, saya tidak boleh menyalahkan siapapun kecuali diri saya sendiri. Ia marah karena saya, pagi saya hancur pun juga karena saya. Menjaga hatinya selalu saya lakukan dan usahakan, saya tidak pernah membahas apapun tentang masa lalu saya, menceritakannya pun bisa dihitung jari. Namun ternyata, permasalahan muncul nya memang dari saya lagi. Intinya, memang saya tidak pernah menceritakan masa lalu saya secara lisan, tapi saya lupa untuk menghapus beberapa foto yang berkaitan dengan mantan saya di akun Instagram. Pembelaan saya juga sia-sia. Lebih seperti orang bodoh yang salah tapi masih mau dibenarkan. Bukan membenarkan diri saya sendiri, namun lebih kepada membela agar hari ini baik-baik saja. Saya selalu merasa menjadi pecundang setiap harinya ketika harus ada perdebatan yang asal muasalnya kesalahan saya.
Jujur, saya memang anak yang masa bodoh terhadap apapun, menurut saya foto-foto tersebut sudah menjadi bagian masa lalu yang sudah tertimbun dengan berbagai foto terbaru yang menceritakan kebahagiaan saya yang baru. Tapi, lagi dan lagi, sikap saya yang masa bodoh itu harus jadi sumber permasalahan saya pagi ini. Entah, mungkin ini bisa dikategorikan saya egois? Iya, jadi saya berpikir segala yang ada dalam diri saya adalah hal negatif. Tidak satupun positif. Saya bukan lah tipikal orang yang sulit melupakan mantan apalagi menangisinya. Bukan saya. Kebahagiaan yang luar biasa saya rasakan membuat saya jadi lupa saya pernah punya masa lalu yang harus dihapus. Tapi pembelaan ini terlalu cemen. Tidak bisa mengalahkan argumen seseorang yang patah hatinya. Cerita ini memang agak random dan tidak terstruktur seperti biasanya, karena ya mungkin otak saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain menyalahkan diri sendiri.
Akhirnya, saya bisa lega sedikit karena sudah menceritakan masalah saya disini.
Comments
Post a Comment