Katanya, jatuh cinta berjuta rasanya.
Jatuh cinta akan terasa begitu indah jika kamu menaruh hati di hati orang yang tepat. Kalau kamu menaruh hati disalah tempat, bisa-bisa bukan bahagia yang kamu rasakan, malah mungkin jadi derita. Hati yang baik pasti akan selalu disematkan di hati yang baik juga, dan saya pun sudah mengalaminya, mulai dari menaruh hati di orang yang salah hingga pada akhirnya di titik ini saya berani meyakini bahwa dia adalah orang yang tepat untuk saya menjatuhkan pilihan dan hati.
Tidak se-instan itu prosesnya, terkadang kamu harus melewati berbagai masalah hati yang membuat diri menjadi ragu apakah kamu pantas untuk mendapatkan hati yang baik. Begitu pun saya, masa pacaran saya tidak selalu diisi dengan hal yang baik dan menarik, apalagi membahagiakan. Bahagia yang saya rasakan ketika menjalani masa cinta remaja kala itu dipenuhi dengan cobaan, meski tidak dipungkiri disitu tersemat senyuman. Tapi jika dibuat perbandingan, senyuman dan makian dari saya, tidak ragu saya akan menjawab lebih banyak makian dari hati sebagai ungkapan kekesalan dan kekecewaan. Dan itu tidak mudah. Saya hampir menyerah dengan keadaan. Kehidupan saya sudah cukup berantakan saat itu, hingga saya berpikir bahwa cinta yang saya terima hanya sekedar cinta "penuh keegoisan". Saya tersiksa hingga titik terendah dalam hidup saya dari berbagai sisi. Saya menyerah untuk jatuh cinta, hingga..
Hingga akhirnya saya diterima bekerja di suatu perusahaan besar dimana saya pernah melakukan kewajiban magang. 1 - 2 orang teman, berusaha memperkenalkan dengan sosok laki-laki idaman di kantor tersebut. Saya tidak pernah melihat sosok ini sebelumnya, mungkin karena berbeda divisi saat itu. Mereka menyebutkan namanya. Nama yang hampir saya lupakan karena pada saat itu saya sudah mempunyai kekasih.
Tiba waktunya bagi saya seorang karyawan baru untuk berkenalan dengan seluruh karyawan di divisi tersebut, satu persatu dengan lalu memperkenalkan dirinya begitupun saya, hingga pada sosok terakhir itu menyebutkan namanya dan saya terdiam sebentar. Berusaha mencerna apakah nama yang baru saya dengar adalah nama yang disebutkan oleh teman-teman saya. Akhirnya saya memberanikan diri melirik sosok ini dari balik kacamata saya dan rambut yang tergerai kedepan untuk menutupi wajah. Tampan. Namun keyakinan saya runtuh, karena saya sadar diri. Ditambah lagi pada waktu itu dia dan saya sama-sama memiliki kekasih. Patah hati saya.
Hingga akhirnya, masa percintaan saya dengan kekasih saya saat itu menjadi ajang pertengkaran tanpa usai, sudah semakin melewati batas. Saya lelah, dan memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah cafe bersama sahabat saya. Terbesit nama sosok itu dipikiran saya, tiba-tiba saja tanpa permisi. Memberanikan diri untuk menyampaikan kepada sahabat saya untuk mengikuti akun Instagram sosok ini menggunakan akunnya. Singkat cerita, akhirnya kami saling mengikuti akun instagram masing-masing, chatting lewat Whatsapp (jangan tanya "kok bisa?", jawabannya adalah modal nekad dari perempuan itu perlu!) dan akhirnya kami memutuskan untuk bertemu sebagai teman untuk pertama kalinya. Pertemuan tidak berhenti dipertemuan pertama, berkelanjutan hingga saling menceritakan masalah percintaan. Mungkin saya terlalu percaya diri hingga berani memaparkan semua kebusukan dari pasangan saya waktu itu, dan sosok ini memberikan nasihat tanpa memojokan siapa-siapa. Saya pun beranikan diri untuk putus dengan pasangan saya dengan berbagai ancaman yang saya terima, dan terima kasih, ada sosok ini yang dengan setia mendengar cerita saya. Sampai titik dimana sosok ini juga turut menceritakan kisah cinta nya. Kalau saya ceritakan dengan detail, sepertinya akan terlalu panjang ya? Hahaha. Kami pun akhirnya menyandang status jomblo diwaktu yang berdekatan. Setelah banyak hari dan waktu yang saya lewati bersama sosok ini, akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan yang serius. Kalian bisa bilang saya gila, umur masih 21 langsung pacaran dengan orang yang baru dikenal dan langsung mau diajak menikah. Tapi itulah, kepercayaan saya ketika hati saya berniat baik maka akan disambut dengan hati yang baik juga.
Saya tidak salah menjatuhkan hati saya kepada sosok ini, dia begitu baik. Sosok ini mampu memenuhi segala kebutuhan perasaan saya yang selama ini selalu tersakiti, saya menjadi lebih banyak tersenyum dan lebih bahagia. Saya menjadi lebih percaya diri, lebih meyakini diri bahwa saya memiliki potensi untuk dibanggakan. Saya jarang mengeluarkan air mata, saya bahagia. Setiap hari kami bertemu, bertatap muka, bercanda, menceritakan keluh kesah dihari itu, bertengkar dan sebagainya. Tapi saya bahagia. Terlalu bahagia. Sosok ini begitu lembut hatinya, ia mampu membuat saya jatuh cinta setiap hari. Membicarakan soal pernikahan dengannya juga menambah rasa bahagia dalam diri saya. Saya tersenyum saat ini.
Teruntuk kamu, nama yang hampir saya lupakan kala itu, sosok laki-laki yang tidak pernah saya bayangkan, kali ini saya sebutkan nama mu setiap hari dalam doa saya...
Manfred, kamu berhasil buat saya jatuh cinta.
Jatuh cinta akan terasa begitu indah jika kamu menaruh hati di hati orang yang tepat. Kalau kamu menaruh hati disalah tempat, bisa-bisa bukan bahagia yang kamu rasakan, malah mungkin jadi derita. Hati yang baik pasti akan selalu disematkan di hati yang baik juga, dan saya pun sudah mengalaminya, mulai dari menaruh hati di orang yang salah hingga pada akhirnya di titik ini saya berani meyakini bahwa dia adalah orang yang tepat untuk saya menjatuhkan pilihan dan hati.
Tidak se-instan itu prosesnya, terkadang kamu harus melewati berbagai masalah hati yang membuat diri menjadi ragu apakah kamu pantas untuk mendapatkan hati yang baik. Begitu pun saya, masa pacaran saya tidak selalu diisi dengan hal yang baik dan menarik, apalagi membahagiakan. Bahagia yang saya rasakan ketika menjalani masa cinta remaja kala itu dipenuhi dengan cobaan, meski tidak dipungkiri disitu tersemat senyuman. Tapi jika dibuat perbandingan, senyuman dan makian dari saya, tidak ragu saya akan menjawab lebih banyak makian dari hati sebagai ungkapan kekesalan dan kekecewaan. Dan itu tidak mudah. Saya hampir menyerah dengan keadaan. Kehidupan saya sudah cukup berantakan saat itu, hingga saya berpikir bahwa cinta yang saya terima hanya sekedar cinta "penuh keegoisan". Saya tersiksa hingga titik terendah dalam hidup saya dari berbagai sisi. Saya menyerah untuk jatuh cinta, hingga..
Hingga akhirnya saya diterima bekerja di suatu perusahaan besar dimana saya pernah melakukan kewajiban magang. 1 - 2 orang teman, berusaha memperkenalkan dengan sosok laki-laki idaman di kantor tersebut. Saya tidak pernah melihat sosok ini sebelumnya, mungkin karena berbeda divisi saat itu. Mereka menyebutkan namanya. Nama yang hampir saya lupakan karena pada saat itu saya sudah mempunyai kekasih.
Tiba waktunya bagi saya seorang karyawan baru untuk berkenalan dengan seluruh karyawan di divisi tersebut, satu persatu dengan lalu memperkenalkan dirinya begitupun saya, hingga pada sosok terakhir itu menyebutkan namanya dan saya terdiam sebentar. Berusaha mencerna apakah nama yang baru saya dengar adalah nama yang disebutkan oleh teman-teman saya. Akhirnya saya memberanikan diri melirik sosok ini dari balik kacamata saya dan rambut yang tergerai kedepan untuk menutupi wajah. Tampan. Namun keyakinan saya runtuh, karena saya sadar diri. Ditambah lagi pada waktu itu dia dan saya sama-sama memiliki kekasih. Patah hati saya.
Hingga akhirnya, masa percintaan saya dengan kekasih saya saat itu menjadi ajang pertengkaran tanpa usai, sudah semakin melewati batas. Saya lelah, dan memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah cafe bersama sahabat saya. Terbesit nama sosok itu dipikiran saya, tiba-tiba saja tanpa permisi. Memberanikan diri untuk menyampaikan kepada sahabat saya untuk mengikuti akun Instagram sosok ini menggunakan akunnya. Singkat cerita, akhirnya kami saling mengikuti akun instagram masing-masing, chatting lewat Whatsapp (jangan tanya "kok bisa?", jawabannya adalah modal nekad dari perempuan itu perlu!) dan akhirnya kami memutuskan untuk bertemu sebagai teman untuk pertama kalinya. Pertemuan tidak berhenti dipertemuan pertama, berkelanjutan hingga saling menceritakan masalah percintaan. Mungkin saya terlalu percaya diri hingga berani memaparkan semua kebusukan dari pasangan saya waktu itu, dan sosok ini memberikan nasihat tanpa memojokan siapa-siapa. Saya pun beranikan diri untuk putus dengan pasangan saya dengan berbagai ancaman yang saya terima, dan terima kasih, ada sosok ini yang dengan setia mendengar cerita saya. Sampai titik dimana sosok ini juga turut menceritakan kisah cinta nya. Kalau saya ceritakan dengan detail, sepertinya akan terlalu panjang ya? Hahaha. Kami pun akhirnya menyandang status jomblo diwaktu yang berdekatan. Setelah banyak hari dan waktu yang saya lewati bersama sosok ini, akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan yang serius. Kalian bisa bilang saya gila, umur masih 21 langsung pacaran dengan orang yang baru dikenal dan langsung mau diajak menikah. Tapi itulah, kepercayaan saya ketika hati saya berniat baik maka akan disambut dengan hati yang baik juga.
Saya tidak salah menjatuhkan hati saya kepada sosok ini, dia begitu baik. Sosok ini mampu memenuhi segala kebutuhan perasaan saya yang selama ini selalu tersakiti, saya menjadi lebih banyak tersenyum dan lebih bahagia. Saya menjadi lebih percaya diri, lebih meyakini diri bahwa saya memiliki potensi untuk dibanggakan. Saya jarang mengeluarkan air mata, saya bahagia. Setiap hari kami bertemu, bertatap muka, bercanda, menceritakan keluh kesah dihari itu, bertengkar dan sebagainya. Tapi saya bahagia. Terlalu bahagia. Sosok ini begitu lembut hatinya, ia mampu membuat saya jatuh cinta setiap hari. Membicarakan soal pernikahan dengannya juga menambah rasa bahagia dalam diri saya. Saya tersenyum saat ini.
Teruntuk kamu, nama yang hampir saya lupakan kala itu, sosok laki-laki yang tidak pernah saya bayangkan, kali ini saya sebutkan nama mu setiap hari dalam doa saya...
Manfred, kamu berhasil buat saya jatuh cinta.
Comments
Post a Comment