Kakak? Saudara?
Persetan.
Bukan, kamu bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa dikehidupan saya.
Sosok yang saya cari ketika akhirnya Tuhan percayakan memanggil Ayah kepangkuanNya, tidak ada. Seseorang yang mau berkorban untuk melindungi saya, terutama Ibu, tidak pernah saya rasakan. Kabar darimu seakan-akan mahal harganya.
Kamu dimana ketika saya harus melewati masa remaja saya, yang mana saya harus mendapat kasih dari sosok perempuan (Ibu) dan laki-laki (Ayah). Saya bergelut sendiri, mencari tau mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan, walaupun tetap Ibu saya mengarahkan saya. Saya tersakiti sendiri ketika harus dipertemukan dengan kenyataan-kenyataan yang pahit. Saya selalu mencari sosok laki-laki itu, pernah saya berharap untuk dapat bergantung dengan mu, namun sepertinya salah ya untuk berharap? Akhirnya, rasa kosong itu sudah meluputi saya 6 tahun lalu. Terbiasa.
Ketika saya akhirnya mendapatkan sosok laki-laki baru yang bisa menggantikan posisi mu, kamu berontak.
Ketika akhirnya saya bahagia dengan pilihan hidup saya, kamu merasa tidak dihargai.
Ketika masa kelam saya di hari lalu sudah sirna dan pudar, kamu datang lagi untuk menoreh kebahagiaan ini.
Sudah, tidak perlu ada lagi campur tangan dari mu sosok yang mahal. Saya bisa melewati hidup ini dengan kasih sayang Ibu, dan cinta tulus dari laki-laki pilihanku. Jadi, enyah saja ya? Datang kalau memang kamu rindu, cuma jangan paksakan rasa hormat saya untuk tetap menganggapmu kakak yang baik.
Setelah semua yang kamu lakukan kepada saya, kau sebut kamu siapa?
Persetan.
Bukan, kamu bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa dikehidupan saya.
Sosok yang saya cari ketika akhirnya Tuhan percayakan memanggil Ayah kepangkuanNya, tidak ada. Seseorang yang mau berkorban untuk melindungi saya, terutama Ibu, tidak pernah saya rasakan. Kabar darimu seakan-akan mahal harganya.
Kamu dimana ketika saya harus melewati masa remaja saya, yang mana saya harus mendapat kasih dari sosok perempuan (Ibu) dan laki-laki (Ayah). Saya bergelut sendiri, mencari tau mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan, walaupun tetap Ibu saya mengarahkan saya. Saya tersakiti sendiri ketika harus dipertemukan dengan kenyataan-kenyataan yang pahit. Saya selalu mencari sosok laki-laki itu, pernah saya berharap untuk dapat bergantung dengan mu, namun sepertinya salah ya untuk berharap? Akhirnya, rasa kosong itu sudah meluputi saya 6 tahun lalu. Terbiasa.
Ketika saya akhirnya mendapatkan sosok laki-laki baru yang bisa menggantikan posisi mu, kamu berontak.
Ketika akhirnya saya bahagia dengan pilihan hidup saya, kamu merasa tidak dihargai.
Ketika masa kelam saya di hari lalu sudah sirna dan pudar, kamu datang lagi untuk menoreh kebahagiaan ini.
Sudah, tidak perlu ada lagi campur tangan dari mu sosok yang mahal. Saya bisa melewati hidup ini dengan kasih sayang Ibu, dan cinta tulus dari laki-laki pilihanku. Jadi, enyah saja ya? Datang kalau memang kamu rindu, cuma jangan paksakan rasa hormat saya untuk tetap menganggapmu kakak yang baik.
Setelah semua yang kamu lakukan kepada saya, kau sebut kamu siapa?
Comments
Post a Comment